Motivasi

MOTIVASI

1. Pengerian Motivasi

  • Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang artinya menggerakkan. Sedangkan
    dalam bahasa inggris dikenal dengan kata motivation yang berarti dorongan. Dengan demikian
    pengertian dari kata motivasi adalah suatu dorongan yang datang dari dalam individu maupun
    luar individu. Dimana dengan adanya motivasi atau suatu dorongan seseorang diharapkan akan
    dapat terus berusaha untuk dapat meningkatkan semangat dalam bekerja pada suatu organisasi.
    Menurut Siagian (2002:102) “motivasi adalah daya dorong bagi seseorang untuk
    memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai
    tujuannya.”

  • Sedangkan menurut Manullang dan Marihot (2004:165), “ motivasi adalah pemberian
    motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan
    dorongan.”

  • Sedarmayanti (2008:233) juga mengungkapkan bahwa, “ motivasi merupakan kesediaan
    mengeluarkan tingkat upaya tinggi kearah tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan
    upaya itu untuk memenuhi kebutuhan individual.”

  • Dari beberapa pengertian diatas pada hakekatnya motivasi merupakan daya dorong,
    keinginan, kebutuhan dan kemauan. Kebutuhan tersebut pada akibatnya akan mendasari perilaku
    seseorang untuk berbuat sesuatu. Seperti yang dikemukakan oleh Vance yang dikutip oleh
    Sudarwan (2004:15) mengungkapkan bahwa, “motivasi adalah perasaan atau keinginan
    seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi tertentu untuk melaksanakan tindakan-tindakan
    yang menguntungkan dilihat dari prospektif pribadi dan terutama organisasi.”

  • Maslow (1943) mengemukakan teori motivasi yang dinamakan Maslow’s need hierarchy
    Theory / A theory of human motivation atau teori hierarki kebutuhan dari Maslow yang diilhami
    oleh Human Science Theory dari Elton Mayo. Hierarki kebutuhan mengikuti teori jamak yakni,
    seseorang berperilaku / bekerja, karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam
    kebutuhan. Maslow berpendapat, kebutuhan yang diinginkan seseorang itu berjenjang. Artinya
    jika kebutuhan yang pertama telah terpenuhi, kebutuhan tingkat kedua akan muncul menjadi
    yang utama. Selanjutnya jika kebutuhan tingkat kedua telah terpenuhi, maka muncul kebutuhan
    tingkat ketiga dan seterusnya sampai pada tingkat kelima.

    Dasar teori Hierarki kebutuhan (Hasibuan, 2009: 153):

    a. Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan. Ia selalu menginginkan lebih banyak .
    keinginan-keinginan ini terus menerus dan hanya akan berhenti bila akhir hayatnya tiba.
    b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi alat motivator bagi pelakunya, hanya
    kebutuhan yang belum terpenuhi yang akan menjadi motivatornya.
    c. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu jenjang / hierarki, yakni : (Hasibuan 153-154).
    1) Psysiological Needs ( Kebutuhan fisik dan biologis), yaitu kebutuhan untuk makan, minum,
    perlindungan fisik, bernapas. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau
    disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.
    2) Safety and security Needs ( Kebutuhan keselamatan dan keamanan), yaitu kebutuhan akan
    perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan dan lingkungan.
    3) Affiliation or accepetance Need or belonggingness (kebutuhan sosial), yaitu kebutuhan
    untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai dan
    dicintai.
    4) Esteem or status needs ( kebutuhan penghargaan dan prestise), yaitu kebutuhan untuk
    dihormati dan dihargai oleh orang lain.
    5) Self actualization (aktualisasi diri), yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill,
    dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, memberi
    penilaian dan kritik terhadap sesuatu.

  • Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa, motivasi merupakan suatu
    keinginan kuat dalam diri seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu dengan
    mengerahkan kemampuan terbaiknya, guna menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang
    diberikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan cara dan hasil terbaik.

    2. Teori Motivasi

    Reinforcement Theory ( B.F. Skinner)
    Teori ini didasarkan atas “hukum pengaruh”. Tingkah laku dengan konsekuensi positif cenderung untuk diulang, sementara tingkah laku dengan konsekuensi negatif cenderung untuk tidak diulang.
    Rangsangan yang didapat akan mengakibatkan atau memotivasi timbulnya respon dari seseorang yang selanjutnya akan menghasilkan suatu konsekuensi yang akan berpengaruh pada tindakan selanjutnya. Konsekuensi yang terjadi secara berkesinambungan akan menjadi suatu rangsangan yang perlu untuk direspon kembali dan mengasilkan konsekuensi lagi. Demikian seterusnya sehingga motifasi mereka akan tetap terjaga untuk menghasilkan hal-hal yang positif.

    Equity Theory (S. Adams)
    Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
    1) Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar.
    2) Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.Dalam menumbuhkan suatu persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat macam hal sebagai pembanding, hal itu antara lain :
    1) Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
    2) Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;
    3) Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;
    4) Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang pada nantinya akan menjadi hak dari para pegawai yang bersangkutan.b. Expectancy Theory ( Victor Vroom)
    Victor Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan kebutuhan infernal, tiga asumsi pokok Vroom dari teorinya adalah sebagai berikut :
    1) Setiap individu percaya bahwa bila ia berprilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil (outcome expectancy) sebagai penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut.
    2) Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi (valence) sebagai nilai yang orang berikan kepada suatu hasil yang diharapkan.
    3) Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Ini disebut harapan usaha (effort expectancy) sebagai kemungkinan bahwa usaha seseorang akan menghasilkan pencapaian suatu tujuan tertentu.
    Motivasi dijelaskan dengan mengkombinasikan ketiga prinsip ini. Orang akan termotivasi bila ia percaya bahwa :
    1) Suatu perilaku tertentu akan menghasilkan hasil tertentu
    2) Hasil tersebut punya nilai positif baginya
    3) Hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang
    Dengan kata lain Motivasi, dalam teori harapan adalah keputusan untuk mencurahkan usaha.

    Goal Setting Theory (Edwin Locke)
    Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni :
    1) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;
    2) tujuan-tujuan mengatur upaya;
    3) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan
    4) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
    Teori ini juga mengungkapkan hal hal sebagai berikut :
    1) Kuat lemahnya tingkah laku manusia ditentukan oleh sifat tujuan yang hendak dicapai.
    2) Kecenderungan manusia untuk berjuang lebih keras mencapai suatu tujuan, apabila tujuan itu jelas, dipahami dan bermanfaat.
    3) Makin kabur atau makin sulit dipahami suatu tujuan, akan makin besar keengganan untuk bertingkah laku.

    Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
    Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.
    Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya.
    Abraham Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
    1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar
    2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidp
    3. Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai
    4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain
    5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu

    Contoh :

    Cara Sederhana Memotivasi Bawahan

    Tidak sepenuhnya penghargaan dalam bentuk financial menjadi alat motivasi utama. Hal ini dikarenakan rencana perusahaan bisa saja tidak lengkap dalam hal kompensasi financial baik dalam bentuk gaji, tunjangan, bonus, komisi dan sebagainya. Dengan demikian diperlukan tindakan-tindakan sederhana untuk memotivasi tanpa harus bergantung kepada kompensasi financial. Berikut ini diuraikan beberapa langkah sederhana untuk memotivasi karyawan :
    Pertama adalah Pendekatan Tujuan
    Cara yang paling sederhana dan terbaik untuk memotivasi karyawan hanyalah dengan memastikan bahwa karyawan memiliki tujuan yang memungkinkan untuk dicapai dan mereka setuju dengan tujuan tersebut. Pendekatan ini dikenal dengan teori penetapan tujuan (goal setting – theory) yang dipopulerkan oleh Edwind Locke. Ia menyatakan bahwa niat untuk mencapai tujuan merupakan sumber utama dari motivasi.
    Artinya, tujuan memberi tahu seorang karyawan apa yang harus dilakukan dan berapa banyak usaha yang harus dikeluarkan. Dapat dikatakan bahwa tujuan khusus meningkatkan kinerja, tujuan yang sulit ketika diterima, menghasilkan kinerja yang lebih tinggi daripada tujuan yang mudah, dan umpan balik menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dari umpan balik (Robbins dan Judge, 2007).
    Mengapa individu-individu lebih termotivasi pada tujuan yang sulit ???. Robbins (2007) menjelaskan bahwa : Pertama, tujuan-tujuan yang menantang mendapatkan perhatian kita dan akhirnya cenderung membantu kita untuk berfokus. Kedua, tujuan yang sulit menambah semangat kerja karena kita harus bekerja lebih keras untuk mencapainya. Ketiga, ketika tujuan-tujuan yang sulit, individu tetap berusaha mencapainya yang selanjutnya akan membantu individu menemukan strategi-strategi yang memabntu pekerjaan lebih efektif karena apabila mengusahakan sebuah cara untuk menyelesaikan pekerjaan yang sulit, kita sering memikirkan cara yang lebih baik untuk memulainya.
    Kedua. Pengakuan terhadap kontribusi seorang karyawan adalah perangkat motivasi yang sederhana dan berpengaruh besar.
    Studi menunjukkan bahwa pengakuan memiliki dampak positif pada kinerja, baik sendiri maupun dikombinasikan dengan dengan penghargaan keuangan. Sebagai contoh : menggabungkan penghargaan keuangan dengan nonkeuangan hampir dua kali lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan penghargaan tersebut itu secara terpisah. Saat Departemen SDM Minnesota melakukan studi mengenai pengakuan, para responden menyatakan bahwa mereka sangat menghargai pengakuan sehari-hari dari penyelia, rekan kerja maupun anggota tim lainnya. Lebih dari dua per tiga menyatakan penting bagi mereka untuk memiliki keyakinan bahwa orang lain menghargai hasil kerja mereka
    Ketiga. Terhadap sejumlah besar penghargaan yang memperkuat secara positif yang dapat digunakan sehari-hari, bebas dari rencana insentif perusahaan. Daftar tersebut antara lain (Dessler, 2009).
    1. Penugasan kerja yang menantang
    2. Kebebasan untuk memiliki kegiatan sendiri
    3. Kegembiraan menjadi bagian dari pekerjaan
    4. Lebih banyak pilihan tugas
    5. Berperan sebagai bos bagi diri sendiri ketika tugas luar
    6. Berperan dalam presentasi pada manajemen puncak
    7. Rotasi pekerjaan
    8. Mendorong pembelajaran dan perbaikan terus-menerus
    9. Diberi cukup dukungan
    10. Diijinkan untuk menetapkan tujuan sendiri
    11. Dihargai
    12. Mengekpresikan penghargaan di depan orang lain
    13. Nota ucapan terimakasih
    14. Penghargaan sebagai karyawan terbaik bulan ini
    15. Penghargaan khusus secara resmi
    16. Meja kantor yang lebih besar
    17. Kantor atau ruangan yang lebih besar

    sumber: